Menjadi seorang web developer merupakan dambaan banyak orang. Lapangan pekerjaan yang luas serta tawaran gaji yang menarik membuat banyak orang ingin menjadi web developer. Apabila pembaca merupakan salah satu orang yang ingin menjadi web developer namun masih bingung untuk memulai, artikel ini sangat cocok untuk dibaca.
Frontend web developer adalah mereka yang mendesain dan membangun antarmuka web. Apa yang kita lihat disebuah halaman web merupakan buah kerja dari seorang frontend web developer.
Backend web developer merupakan kebalikan dari frontend web developer, mereka adalah orang-orang yang membuat teks yang kita masukkan di layar chat dapat terkirim ke akun tujuan, menyimpan data akun biodata, dll.
Bagaimana dengan fullstack web developer? Fullstack web developer merupakan mereka yang memiliki keahlian untuk mengerjakan apa yang frontend dan backend web developer dapat lakukan. Menjadi seorang fullstack web developer tidaklah mudah karena kita harus menguasai frontend dan backend secara bersamaan.
HTML tidak dapat bekerja sendiri. Dengan HTML kita hanya dapat membuat halaman web yang sangat sederhana dan mungkin kurang menarik bagi banyak orang. Oleh karena itu kita membutuhkan CSS alias Cascading Style Sheets.
Web CodePolitan tanpa CSS
Web CodePolitan dengan CSS
Ada banyak teknologi backend yang dapat kita gunakan seperti PHP, Python, Node.js dan beberapa bahasa lainnya. Silahkan lihat artikel Tips Memilih Bahasa Pemrograman Backend untuk Dipelajari.
Sebelum kemunculan Node.js Javascript dipercaya hanya dapat dijalankan dari sisi pengguna (frontend) saja. Sehingga, banyak orang yang memutuskan untuk menjadi frontend web developer karena tidak mau mempelajari bahasa baru untuk membangun backend. Berkat Node.js kini banyak frontend web developer yang juga membangun backend dengan Javascript.
Stackoverflow developer survey 2016 juga menunjukkan bahwa Javascript merupakan bahasa yang paling banyak digunakan baik itu oleh frontend web developer, backend web developer, maupun fullstack web developer.
Coding bootcamp merupakan kelas belajar pemrograman intensif yang biasanya diselenggarakan dalam beberapa minggu. Program ini menawarkan kurikulum yang tersusun rapi, mentor-mentor berkualitas, dan sarana yang lengkap. Beberapa penyelenggara coding bootcamp bahkan memiliki jaringan kerjasama yang siap untuk menyalurkan kita setelah lulus dari coding bootcamp.
Berbeda dengan belajar otodidak, coding bootcamp membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun pembaca tak perlu menjadikan alasan biaya sebagai penghalang belajar menjadi web developer lewat cooding bootcamp karena salah satu penyelenggara coding bootcamp, HACKTIV8, bersedia membantu kita untuk belajar web development dengan program pinjaman. Bahkan Hacktiv8 memberikan diskon 10% untuk wanita dan mahasiswa atau lulusan baru (maksimal 2 tahun).
Jadi, makin mantap untuk jadi web developer?
Frontend vs Backend vs Fullstack
Pada umumnya web developer dapat dibagi menjadi tiga yaitu frontend web developer, backend web developer dan fullstack web developer.Frontend web developer adalah mereka yang mendesain dan membangun antarmuka web. Apa yang kita lihat disebuah halaman web merupakan buah kerja dari seorang frontend web developer.
Backend web developer merupakan kebalikan dari frontend web developer, mereka adalah orang-orang yang membuat teks yang kita masukkan di layar chat dapat terkirim ke akun tujuan, menyimpan data akun biodata, dll.
Bagaimana dengan fullstack web developer? Fullstack web developer merupakan mereka yang memiliki keahlian untuk mengerjakan apa yang frontend dan backend web developer dapat lakukan. Menjadi seorang fullstack web developer tidaklah mudah karena kita harus menguasai frontend dan backend secara bersamaan.
Frontend Web Developer
Semua dimulai dengan menjadi frontend web developer. Untuk dapat menjadi frontend web developer, pertama kita harus menguasai Hypertext Markup Language (HTML), kemudian Cascading Style Sheets (CSS), dan JavaScript.Hypertext Markup Language (HTML)
HTML merupakan bahasa skrip yang menyusun konten-konten yang dapat kita lihat di web. Dengan HTML kita dapat menentukan bagian mana dari web yang dibangun untuk menjadi judul halaman, paragraf, gambar, navigasi, dll.HTML tidak dapat bekerja sendiri. Dengan HTML kita hanya dapat membuat halaman web yang sangat sederhana dan mungkin kurang menarik bagi banyak orang. Oleh karena itu kita membutuhkan CSS alias Cascading Style Sheets.
Web CodePolitan tanpa CSS
Cascading Style Sheets (CSS)
CSS diciptakan untuk melengkapi HTML. CSS dapat kita gunakan untuk memperindah tampilan dengan cara menentukan posisi tiap elemen, memberikan warna, menyesuaikan tampilan dengan ukuran layar, dll.Web CodePolitan dengan CSS
Javascript
Javascript merupakan bahasa pemrograman yang wajib dipelajari oleh semua web developer. Teknologi ini yang dapat membuat halaman web kita makin interaktif. Dengan Javascript kita dapat memberikan konten baru ke user tanpa harus me-refresh yang sedang dibuka. Infinite scroll dan drag and drop dapat kita program menggunakan Javascript.Backend Web Developer
Seindah apapun sebuah halaman web, apabila tidak berfungsi maka akan percuma. Backend berkewajiban untuk melakukan perhitungan, memproses form pendaftaran, menyimpan data pengguna, dan lain sebagainya. Kode penyusun backend berjalan diserver, komputer khusus yang didesain untuk melayani permintaan pengguna.Ada banyak teknologi backend yang dapat kita gunakan seperti PHP, Python, Node.js dan beberapa bahasa lainnya. Silahkan lihat artikel Tips Memilih Bahasa Pemrograman Backend untuk Dipelajari.
PHP
PHP Hypertext Preprocessor (PHP) merupakan teknologi yang paling populer untuk backend web. Menurut w3techs.com, PHP digunakan oleh 82.3% website yang menggunakan teknologi backend. Sumber belajar yang berlimpah dalam bentuk buku, video tutorial, serta pelatihan-pelatihan yang dapat diperoleh dengan harga yang tidak mahal turut mendorong kepopuleran PHP. Grup PHP Indonesia di facebook merupakan grup pemrograman terbesar di Indonesia.Python
Python merupakan general purpose programming language yang artinya Ia dapat digunakan untuk hampir semua jenis kebutuhan termasuk backend programming. Sintaks yang relatif mudah dipelajari dan dibaca, membuatnya menjadi bahasa pemrograman yang digunakan oleh kampus-kampus Negeri Paman Sam. Kita dapat menggunakan Python murni atau menggunakan framework Python khusus untuk web seperti Django, Flask, Bottle, dkk.Node.js
Node.js merupakan teknologi backend yang relatif baru karena pertama kali dirilis pada tahun 2009 oleh Ryan Dahl. Teknologi ini memperoleh ketenaran dengan sangat cepat karena memungkinkan semua orang untuk membuat backend menggunakan JavaScript.Sebelum kemunculan Node.js Javascript dipercaya hanya dapat dijalankan dari sisi pengguna (frontend) saja. Sehingga, banyak orang yang memutuskan untuk menjadi frontend web developer karena tidak mau mempelajari bahasa baru untuk membangun backend. Berkat Node.js kini banyak frontend web developer yang juga membangun backend dengan Javascript.
SQL
Structured Query Language (SQL) merupakan contoh teknologi penyimpanan data yang paling populer. SQL menyimpan datanya dalam bentuk tabel dan kolom dan menggunakan bahasa khusus untuk melakukan create (membuat data baru), read (membaca data), update (memperbarui data yang telah ada), dan delete (menghapus data).Fullstack Web Developer
Untuk dapat menjadi seorang fullstack web developer kita harus menguasai teknologi frontend dan backend secara bersamaan. Hal ini tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu yang juga tidak sebentar. Oleh karena itu, sebelum kemunculan Node.js banyak orang yang mengkhususkan diri di salah satu bidang saja. Namun, sejak Node.js diperkenalkan banyak frontend web developer yang juga mengerjakan backendnnya karena menggunakan bahasa Javascript.Stackoverflow developer survey 2016 juga menunjukkan bahwa Javascript merupakan bahasa yang paling banyak digunakan baik itu oleh frontend web developer, backend web developer, maupun fullstack web developer.
Bagaimana saya bisa belajar?
Setelah mengetahui apa saja yang harus dikuasai oleh web developer, pembaca tentu ingin tahu bagaimana caranya belajar untuk menjadi web developer. Ada dua cara untuk belajar web development, pertama dengan belajar sendiri (otodidak) dengan menggunakan buku, tutorial online, atau video tutorial yang tersedia lewat Youtube. Situs-situs seperti Codecademy, Freecodecamp, dan tentunya CodePolitan memiliki tutorial yang berlimpah untuk membantu kita belajar web development. Namun, ada sebagian orang yang tidak dapat belajar sendiri, Ia harus dipandu dengan kurikulum yang jelas dan mentor yang berpengalaman untuk membantu mengatasi masalah yang ditemui saat belajar. Apabila pembaca merupakan salah satu orang yang tidak dapat belajar sendiri dan membutuhkan mentor, maka pembaca harus mengikuti program coding bootcamp.Coding bootcamp merupakan kelas belajar pemrograman intensif yang biasanya diselenggarakan dalam beberapa minggu. Program ini menawarkan kurikulum yang tersusun rapi, mentor-mentor berkualitas, dan sarana yang lengkap. Beberapa penyelenggara coding bootcamp bahkan memiliki jaringan kerjasama yang siap untuk menyalurkan kita setelah lulus dari coding bootcamp.
Berbeda dengan belajar otodidak, coding bootcamp membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun pembaca tak perlu menjadikan alasan biaya sebagai penghalang belajar menjadi web developer lewat cooding bootcamp karena salah satu penyelenggara coding bootcamp, HACKTIV8, bersedia membantu kita untuk belajar web development dengan program pinjaman. Bahkan Hacktiv8 memberikan diskon 10% untuk wanita dan mahasiswa atau lulusan baru (maksimal 2 tahun).
Jadi, makin mantap untuk jadi web developer?